Saturday 3 October 2015

INVESTASI ORANG TUA ADALAH ANAK.?


INVESTASI ORANG TUA sebenarnya adalah Anak ..????
apa iyaaa.... enggak percaya
yukk simakk yang berikut ini.


Allah Berkalam,
|·÷uø9ur šúïÏ%©!$# öqs9 (#qä.ts? ô`ÏB óOÎgÏÿù=yz Zp­ƒÍhèŒ $¸ÿ»yèÅÊ (#qèù%s{ öNÎgøŠn=tæ (#qà)­Guù=sù ©!$# (#qä9qà)uø9ur Zwöqs% ƒ 
  ...............................................
          “ Dan hendaklah takut kepada Allah orang – orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak – anak yang lemah,  yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan), mereka oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Kaum Muslimin yang berbahagia,
          Ayat tadi terdapat pada juz ke-4 tepatnya pada surat An – Nisa ayat ke-9. Ayat tersebut secara umum menegaskan urgensi mempersiapkan keturunan yang tangguh, baik dalam sisi keimanan, pendidikan, maupun finansial. Karena jika seseorang bertakwa kepada Allah SWT, maka hendaknya ia mampu mempersiapkan keturunannya dengan sebaik mungkin. Karena umat ini tidak akan bangkit dan jaya jika generasinya lemah, tidak mampu bersang dengann umat lainnya.
          Anak merupakan amanah dari Allah, maka hendaknya dipelihara dan dibimbing sesuai dengan panduan syariat Allah dan Rasul-Nya, jika ini tidak dilaksanakan dengan benar, maka anak bisa menjadi penyebab orang tuanya terseret ke lembah neraka dan mendapat malu di Dunia, sebagaimana Allah berfirman dalam At Tahrim, ayat 6 “Peliharalah diri kamu dan ahli keluarga kamu dari neraka”.
          Peran orang tua sangatlah menentukan dalam pendidikan anak. Rasulullah bersabda “setiap anak itu dilahirkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, seorang Nasrani, atau seorang Majusi” (HR. Bukhari). Imam al Ghazali mengatakan, “ketahuilah, anak kecil merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepadanya,”. Maka, kewajiban utama orang tua adalah menguatkan pondasi keimanan dan keislaman anak. Tanpa pondasi tersebut, bangunan yang kita bangun untuk anak kita pasti akan sia – sia. Apalgi di zaman yang penuh fitnah seperti sekarang ini.

Jamaah yang dimuliakan Allah,
          Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda, “Apabila anak adam mati, maka terputuslah segala amalannya melainkan tiga perkara, : sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya,” (HR. Muslim).
         
          Sesuai dengan hadist diatas, salah satu amal yang pahalanya tetap didapat manusia setelah ia mati adalah anak saleh yang selalu mendoakan orang tuanya. Oleh karenanya, anak adalah investasi terbesar bagi orang tua, disebut investasi karena mempunyai dua kemungkinan untung dan rugi. Untung manakala investasi itu berhasil, yaitu apabila anak tumbuh menjadi anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya, rugi manakala anak tumbuh menjadi anak pendosa, bahkan durhaka. Wal iyadzu lilah. Walaupun selama pada hakikatnya, investasi kepada anak, tidak akan merugi selama sesuai dengan aturan syariat. Karena yang dinilai adalah amalan dan usaha kita, adapun hasil itu terserah kepada Allah.
          Agar investasi ini berhasil, orang tua harus benar – benar serius dalam mendidik anak – anak nya secara islami. Saying banyak orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Mereka mengira materi adalah segala – galanya, sehingga lupa membimbing anak – anaknya. Bahkan ada orang tua yang mempercayakan perawatan anak – anaknya sejak kecil kepada babysister, yang belum tentu paham dengan pendidikan agama dengan benar. Maka tidak heran, jika ada berita seorang anak tumbuh menjadi orang Kristen, karena ternyata babysisternya adalah seorang aktivis gereja.

          Jika kita saying kepada anak dan diri kita, tanamkanlah sejak dini kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, ajarkanlah kepada mereka Al Qur’an dan sunnah Rasullullah. Sungguhkan kepada mereka sejarah keagungan peradaban leluhurnya. Sungguh sangat ironis kalau anak – anak kita tumbuh menjadi sarjana hebat, namun hatinya kosong, akhlaknya bejat, tidak bisa membaca Al Qur’an, dan tidak mengenal akhlak Rasul-Nya. Lalu apa kelak yang akan kita harapkan, ketika sudah tidak lagi bisa mendidiknya.?

No comments:

Post a Comment