MATAKULIAH
MANAJEMEN PENGETAHUAN
Dosen: Ibu Lidya
Yuwita Verawati S.H,M.M.
Tahun Akademik 2016 - 2017
Disusun oleh :
JOKOZULIANTO
109130940311
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN
INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK)
PRANATA INDONESIA
BEKASI
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis dan juga kami
ucapkan rasa terima kasih kepada dosen matakuliah MANAJEMEN PENGETAHUAN yaitu
Ibu Lindya Yuwita Verawati S.H,M.M sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan
yang dimiliki oleh penulis, Makalah ini belum dapat dikatakan sempurna, namun
demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan
penulis untuk mewujudkan suatu karya ilmiah yang dapat bermanfaat bagi penulis
pribadi khususnya dan bagi siapa saja yang memerlukan pada umumnya. Dalam
penulisan tugas akhir ini, penulis banyak dibantu dan dibimbing oleh pihak yang
terlibat langsung maupun secara tidak langsung, sehingga penulisan tugas akhir
ini dapat selesai.
Bekasi, 4 Oktober 2016
JOKOZULIANTO
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information
and Communication Technology) atau TIK yang sangat fenomenal telah membawa
dunia memasuki era baru globalisasi yang lebih cepat dan dinamis. Keberadaan
TIK telah berdampak pada hampir seluruh aspek kehidupan umat manusia, membentuk
masyarakat berpengetahuan (knowledge society), khususnya masyarakat
informasi (information society). Pertumbuhan bidang TIK selain
menjadi katalis perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS),
juga telah memicu dan mendorong perkembangan manajemen kelembagaan atau
organisasi. Perpaduan teknologi komunikasi dan kehandalan teknologi informasi,
yang tidak hanya mampu untuk memproses dan komputasi data, tetapi juga
meliputi, antara lain, jaringan yang menghubungkan antarkomputer sedemikian
rupa sehingga antarkomputer dapat saling berkomunikasi dan bertukar informasi
tanpa batas ruang dan waktu, merupakan tantangan dan peluang bagi suatu
institusi atau lembaga untuk berkembang. Itulah sebabnya untuk meningkatkan
keunggulan komparatif dan kompetitifnya kini banyak perusahaan, pelaku bisnis,
dan industri berskala internasional dan nasional telah menempatkan TIK bukan
hanya sebagai alat pendukung kinerja tetapi sebagai senjata strategis dalam
menghadapi era informasi yang sangat kompetitif ini.
Kehandalan TIK yang mampu mentransmisi informasi, yang
mencakup data numerik, teks, audio dan visual antarkomputer, sehingga informasi
bukan hanya sebagai bahan cetakan saja, tidak pelak lagi juga telah mengubah
cara pandang dan pengelolaan pendidikan tinggi. Dalam abad informasi yang
penuh persaingan ini, institusi pendidikan tinggi atau perguruan tinggi dapat
diumpamakan sebagai knowledge enterprise. Perguruan tinggi dapat
diibaratkan seperti sebuah knowledge server. Dalam hal ini, knowledge
yang dimaksud tidak hanya kumpulan ilmu pengetahuan, tetapi juga sekumpulan
informasi. Sebagai knowledge server, perguruan tinggi harus mampu
mengkreasi (creating), menyimpan atau menjaga (preserving),
menyampaikan (transmitting), menyebarkan (disseminating), dan
menerapkan (applying) pengetahuan dan informasi. Oleh karenanya
efisiensi dan efektivitas pengelolaan perguruan tinggi sangat tergantung pada
kepiawaian perguruan tinggi tersebut dalam mengelola informasi dan pengetahuan.
Universitas Persada (Unsada) telah memiliki lembaga khusus
yang berperan dalam pengelolaan TIK guna menunjang aktifitas Tridharma
Perguruan Tinggi, lembaga ini adalah UPT Puskom, merupakan akronim dari Unit
Pelaksana Teknis Pusat Komputer, merupakan lembaga yang dibentuk dengan tugas
pokok utama adalah mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menyimpan dan
informasi serta memberikan layanan untuk program pendidikan, penelitian dan
pengabdian pada masyarakat. Visi dari Puskom adalah “Menjadi Pusat Pelayanan,
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang Handal dan Berdaya Saing
Tinggi”. Misinya adalah: 1).Meningkatkan layanan TIK bagi civitas akademika.
2).Meningkatkan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran. 3).Meningkatkan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi dalam kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
4).Meningkatkan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi.
5).Mengembangkan sistem informasi manajemen yang mendukung kelancaran proses
belajar mengajar. 6).Meningkatkan budaya TIK yang kondusif dan dinamis di
lingkungan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah 1).Meningkatkan dan
mengembangkan sistem teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung
peningkatan kualitas proses belajar-mengajar.2).Meningkatkan dan mengembangkan
kapasitas komputasi dan sistem informasi manajemen yang mendukung kegiatan
penelitian dan pengabdian pada masyarakat.3). Meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia yang handal untuk mendukung kelancaran TIK.4).Meningkatkan dan
mengembangkan sistem informasi manajemen berbasis teknologi informasi dan
komunikasi, dalam rangka meningkatkan sistem tata kelola Unsada yang lebih
sehat, efisien, efektif, dan akuntabel, serta dapat mengangkat citra Unsada
yang positif di mata masyarakat.5).Meningkatkan budaya dan kompetensi bidang
teknologi informasi dan komunikasi di kalangan civitas akademika.6).Meningkatkan
kinerja layanan bidang teknologi informasi dan komunikasi, seperti layanan
konektivitas jaringan intranet dan internet, layanan akses ke informasi
akademik, dan layanan pengembangan dan pemeliharaan sistem
informasi.7).Mengembangkan sistem keamanan dalam memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.8).Meningkatkan kerjasama bidang teknologi informasi
dan komunikasi dengan pihak eksternal UNSADA, dalam rangka membangun masyarakat
pembelajar untuk lebih mampu bersaing.9).Meningkatkan kinerja manajemen
pengelolaan sumberdaya dan infrastruktur informasi dan teknologi informasi dan
komunikasi.
Saat ini Puskom memiliki 4 divisi untuk menjalankan tugas
pokok dan fungsi yang telah dicanangkan sebelumnya yaitu 1).BBS Unilanet,
berperan dalam mengelola interkoneksi jaringan intranet/internet. 2).ADPC,
berperan dalam mengelola sistem informasi akademik Unila, 3). MISTC, berperan
dalam penyelenggaran pelatihan dan manajemen sistem informasi, 4). CSC,
berperan dalam melayani keperluan akademik mahasiswa. Sumber daya manusia
pengelola 4 divisi tersebut sangatlah terbatas dengan rincian sebagai berikut:
BBS;terdiri dari 2 orang staff PNS dan 5 pegawai honor, ADPC; terdiri dari 4
orang PNS, MISTC; terdiri dari 1 orang PNS dan satu pegawai honor, CSC; terdiri
dari 1 PNS dan 1 pegawai honor. Dari komposisi SDM tadi terlihat bahwa Puskom
hanya sedikit memiliki tenaga ahli dengan kewajiban tugas yang cukup banyak,
sehingga sering terjadi overload aktifitas karena minimnya tim pengelola. Pada
beberapa divisi hanya mengandalkan satu orang tenaga ahli tanpa ada alternatif
tenaga ahli lain sehingga ilmu serta pengalaman yang dimiliki hanya dikuasai
sendiri dan tidak terjadi proses transfer pengetahuan. Proses sharing dan
transfer knowledge antar sesama pengelola juga masih relatif jarang dilakukan,
sehingga seringkali pengelola mengalami staknasi dan berjuang sendiri ketika
dihadapkan pada masalah besar. Dokumentasi kegiatan dan aktifitas rutin
keseharian masih belum dilakukan secara terintegrasi dan terpadu, masing masing
divisi dengan caranya sendiri menyimpan dokumentasi seperti disimpan dalam
bentuk CD, lembaran kertas, atau hanya menyimpannya dalam fikiran
masing-masing.
Kondisi ini mencerminkan bahwa kondisi knowledge
management pada Puskom belum terkonsep dengan baik sehingga belum saling
memberikan manfaat positif antar sesama anggotanya. Dengan manajemen yang baik,
banyak manfaat yang bisa dipetik misalnya mengenai manajemen pembelajaran,
administrasi, kepakaran bidang tertentu, pengembangan karir, dan sebagainya.
Untuk mewujudkan hal tersebut harus dibudayakan kebiasaan menulis dan
mem-publish tulisan. Selain itu diperlukan juga sistem manajemen knowledge
sebagai wadah para anggotanya untuk mem-publish ide, gagasan, atau hasil
penelitiannya. Selain itu, wadah untuk menanggapi (diskusi) topik yang telah
diposting oleh member juga harus tersedia. Sistem manajemen knowledge
organisasi semacam ini dikenal dengan istilah OKMS (Organization Knowledge
Management System). Pada dasarnya proses manajemen knowledge
meliputi 4 fungsi pokok, yaitu using knowledge (penggunaan knowledge),
finding knowledge (penemuan knowledge), creating knowledge
(pembuatan knowledge) serta packaging knowledge (pengemasan knowledge).
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dari penulisan jurnal
ini adalah:
·
Menganalisis knowledge management
dalam tata kelola UPT Puskom Unsada.
·
Mengkaji teknologi yang diterapkan pada UPT
Puskom.
·
Implementasi Knowledge Management pada
UPT Puskom Unsada.
Manfaat dari penulisan
jurnal ini adalah:
·
Memahami pentingnya knowledge management
dalam tata kelola pengetahuan yang berpotensi dalam institusi pendidikan
(Universitas Persada).
·
Mendapatkan suatu informasi peran teknologi
dalam sinkronisasi knowledge management dengan sistem informasi transfer knowledge
(sisfotek) sehingga mampu menunjang aktifitas Puskom.
BAB
II
KNOWLEDGE
MANAGEMENT (KM)
DAN PENERAPANNYA.
Manajemen pengetahuan semakin berperan penting dalam bisnis
dari banyak organisasi, karena mereka menyadari bahwa daya saing tergantung
pada manajemen sumber daya intelektual yang efektif (Oktavia, 2010). Sejalan
dengan Oktavia, Palacios et. al. (2009) memahami manajamen pengetahuan sebagai
sebagai sebuah sistem manajemen yang menangkap aspek model mapan organisasi dan
memperluasnya untuk menyediakan metodologi praktis. Mereka mendefinisikan
kandungan dari manajemen pengetahuan yang terdiri dari dua dimensi: prinsip dan
praktek. Konsep khusus mereka mengenai manajemen pengetahuan adalah sebagai
alat manajemen yang ditandai dengan seperangkat prinsip bersama dengan
serangkaian praktek dan teknik melalui prinsip-prinsip yang diperkenalkan,
tujuannya yakni untuk membuat, mengubah, menyebarkan dan memanfaatkan
pengetahuan. Definisi ini memungkinkan kita untuk memverifikasi apakah sebuah
fungsi sistem manajemen didasarkan atas kepercayaan dan nilai-nilai yang
terkandung dalam prinsip-prinsip KM. Analisis apakah prinsip-prinsip ini
terwujud dalam seperangkat praktik dan teknik dalam perilaku rutin perusahaan
juga merupakan suatu hal penting. Setiap perusahaan mengembangkan
prinsip-prinsip KM dalam konteks yang berbeda. Namun, harus mempertimbngkan
apakah sesuai untuk menentukan seperangkat prinsip umum yang perlu dipadukan
kedalam suatu sistem KM.
Dari definisi tersebut maka ada empat subsistem dari
manajemen pengetahuan yakni mendapatkan, menciptakan, menyimpan, dan
mentransfer-memanfaatkan pengetahuan. Sistem yang diciptakan merupakan suatu
keterkaitan yang komprehensif dari informasi dan pengetahuan dari beragam
sumber seperti kalangan praktisi, ilmuwan, dan pengamat. Data dan informasi
diolah, dianalisis, dan sejauh mungkin disintesis yang kemudian dipakai untuk
menyusun strategi bisnis perusahaan. Keberhasilan penerapan manajemen
pengetahuan sangat bergantung pada beberapa faktor. Faktor pertama adalah
kualitas pemimpin perusahaan yang didukung semua lini. Dalam hal ini pemimpin,
contohnya manajemen menengah, haruslah berkomitmen dan taat akan asas dalam
menerapkan dan mengembangkan sistem secara partisipatif dan integral. Kedua
adalah dukungan budaya kerja berbasis pengetahuan di kalangan manajemen dan
karyawan. Secara eksplisit budaya pengetahuan akan memperkuat budaya kerja yang
ada. Dan yang ketiga, karena sebagai sistem maka manajemen pengetahuan harus
merupakan sistem bisnis perusahaan yang total. Artinya subsistem manajemen
pengetahuan berkaitan dengan subsistem lainnya seperti dengan
subsistem-subsistem manajemen SDM, manajemen finansial, manajemen kompensasi,
manajemen produksi, manajemen pemasaran (Mangkuprawira, 2008).
Ada beberapa hambatan bagi introduksi KM efektif, menurut
Yu (2002) diantaranya adalah (1) absennya suatu budaya yang mengatasi
resistensi para anggota dalam sebuah organisasi untuk berbagi pengetahuan; (2)
kurangnya atau tidak cukupnya komunikasi kepada para karyawan mengenai konsep
KM dan manfaatnya; (3) sebuah hierarki yang menghindari difusi pengetahuan
serta proses pembelajaran; (4) suatu struktur organisasi dengan fleksibilitas
langka yang menghalangi transfer pengetahuan internal; (5) teknologi kuno atau
sangat rumit; (6) kesalahan dalam memadukan KM dengan praktek kerja yang lazim;
(7) kurangnya pelatihan.
Sistem knowledge management yang efektif akan
membuat karyawan secara cepat dan mudah menemukan data, informasi, dan
pengetahuan lainnya. Sehingga memungkinkan mereka untuk menganalisis informasi
secara mudah dan berkolaborasi dengan karyawan lain serta pihak ketiga tanpa
dibatasi oleh lokasi serta perbedaan waktu.KM dapat berkontribusi bagi
keberlangsungan keunggulan kompetitif, memungkinkan pengembangan kompetensi-kompetensi
berbeda. Gloet and Terziovski dalam Oktavia (2010) menganggap KM sebagai
penggerak utama dibalik seperangkat kompetensi dalam sebuah organisasi.
Khususnya, implementasi KM dapat memungkinkan penyebaran inovasi kompetensi.
Cara organisasi mengembangkan kebijaksanaannya dan
meregenerasi pengetahuannya adalah dengan langsung dikondisikan oleh alam dan
kepentingan sistem manajemen ini. Sejalan dengan hal ini, Zollo dan Winter
(2002) dalam Palacios et. al. (2009) menyatakan bahwa organisasi mengembangkan
kompetensi-kompetensi dinamis ketika tiga mekanisme bersamaan ada. Ketiganya
antara lain akumulasi pengalaman, artikulasi pengetahuan dan kodifikasinya.
Suatu sistem KM meliputi ketiga hal tersebut. Pengenalan sistem KM memungkinkan
perolehan pengetahuan baru, yang menciptakan rutinitas baru, model mental dan
inovasi.
Dalam Manajemen Pengetahuan (KM) dikenal istilah Tacit
Knowledge dan Explicit Knowledge. Tacit knowledge adalah
pengetahuan yang pada umumnya belum terdokumentasi karena pengetahuan ini masih
ada pada keahlian atau pengalaman seseorang. Pada umumnya, Tacit Knowledge
masih berhubungan dengan hal-hal yang bersifat praktek, dimana transfer
knowledge tersebut masih dilakukan dengan cara sosialisasi langsung. Tacit
Knowledge dapat didokumentasikan, tetapi membutuhkan penjelasan rinci agar
tidak terjadi kesalahpahaman kepada orang yang membaca dokumentasi dari
pengetahuan tersebut. Sebaliknya explicit knowledge adalah pengetahuan
yang formal, sistematis dan mudah untuk ditransfer atau dibagikan ke orang lain
dalam bentuk dokumentasi karena umumnya merupakan pengetahuan yang bersifat
teori dimana memudahkan para ahli untuk membagi pengetahuannya kepada orang
lain melalui buku, artikel dan jurnal tanpa harus datang langsung untuk
mengajari orang tersebut. Contohnya adalah pelajaran knowledge manajemen,
dimana setiap mahasiswa dapat belajar dari modul-modul yang disediakan dosen.
Transfer antara tacit knowledge dan explicit
knowledge kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi atau perusahaan
dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1.
Socialization (tacit to tacit): tacit
knowledge di share kepada orang lain dengan cara mengamati,
mencontoh dan melatih tanpa mendokumentasikan dan mempublikasikan knowledge
tersebut.
2.
Externalization (tacit to explicit): tacit
knowledge di share dengan cara mendokumentasikan secara logis dan
konseptual, sehingga mudah untuk dimengerti orang lain.
3.
Combination (explicit to explicit): explicit
knowledge yang sudah dimiliki dan eksternal knowledge dikombinasikan
untuk mengembangkan explicit knowledge yang sudah ada.
4.
Internalization (explicit to tacit) :
explicit knowledge yang sudah ada dipelajari dan dipraktekkan
untuk mendapatkan tacit knowledge yang baru dan bermanfaat.
Adopsi KM memiliki dampak positif terhadap proses
organisasional yang menciptakan, menyimpan, mendistribusikan dan
menginterpretasikan pengetahuan serta rekrutmen, retensi dan keterlibatan aktif
para karyawan bertalenta. KM juga memiliki dampak positif terhadap kemampuan
perusahaan dalam mengelola proyek-proyek riset dan pengembangan guna mengangkat
kemampuan internal bagi pengenalan pengetahuan dan untuk meningkatkan stok
pengetahuan yang tersedia Gloet dan Terziovski (2004) dalam Palacios et. al.
(2009).
Perkembangan budaya organisasi yang mendorong pertukaran
pengetahuan mendorong dialog mengenai pekerjaan dan kesalahan yang telah
dilakukan. Dalam hal ini, perusahaan yang dimiliki oleh suatu kelompok dapat
menggunakan sumberdaya secara bersama. Sumber daya seperti pengetahuan
pengolahan khusus dan kemampuan teknis dapat ditukarkan dalam bentuk suatu
“budaya” umum dari keunggukan dan intelejen teknis terkemuka. Konteks
organisasional dan budaya seperti ini dapat menarik orang-orang bertalenta,
sehingga meningkatkan modal manusia dengan pengetahuan tacit yang relevan.
Pembelajaran terus menerus dan budaya inovatif memiliki dampak positif bagi
pertumbuhan stok pengetahuan (Scarbrough, 2003).
Akuisisi pengetahuan adalah pengumpulan data-data dari
seorang pakar ke dalam suatu sistem (program komputer). Bahan pengetahuan dapat
diperoleh melalui buku, jurnal ilmiah, literatur, seorang pakar, browsing internet,
laporan dan lain-lain. Sumber pengetahuan dari buku, jurnal ilmiah, literatur,
seorang pakar, browsing internet, laporan dijadikan dokumentasi
untuk dipelajari, diolah dan dikumpulkan dengan terstruktur menjadi basis
pengetahuan (knowledge base). Sumber-sumber pengetahuan yang diperoleh
agar menghasilkan data-data yang baik maka perlu diolah dengan kemampuan yang
baik pula sehingga dapat menghasilkan solusi yang efisien. Karena kemampuan
yang menjadi hal yang pokok/wajib dibutuhkan oleh seorang pengembang sistem.
Dalam membangun sistem besar, seseorang memerlukan knowledge engineer atau
pakar elisitasi pengetahuan untuk berinteraksi dengan satu atau lebih pakar
manusia dalam membangun basis pengetahuan (Estriyanto dkk, 2008).
Penciptaan
dan Pengembangan Knowledge.
Penciptaan pengetahuan melibatkan lima langkah utama, Von
Krogh, Ichiyo serta Nonaka dalam Estriyanto dkk (2008) mengemukakan bahwa
penciptaan pengetahuan organisasional terdiri dari lima langkah utama yaitu :
1.
Berbagi pengetahuan terbatinkan,
2.
Menciptakan konsep,
3.
Membenarkan konsep,
4.
Membangun prototype, dan
5.
Melakukan penyebaran pengetahuan di berbagai
fungsi dan tingkat di organisasi.
Menurut Estriyanto dkk (2008), Siklus knowledge
management mempunyai kelebihan dalam hal pengkategorian, pengorganisasian
dan penyimpanan, deseminasi, dan kemudahan untuk diakses. Dengan demikian
siklus konsep yang dibangun atas knowledge management jauh lebih baik dan lebih
mendorong terjadinya inovasi dibandingkan dengan siklus inovasi itu sendiri.
Sistem pakar (expert system) merupakan salah satu teknologi andalan
dalam knowledge management, terutama melalui empat skema penerapan dalam
suatu organisasi yaitu :
1.
Case-based reasoning (CBR)
yang merupakan representasi knowledge berdasarkan pengalaman, termasuk
kasus dan solusinya
2.
Rule-based reasoning (RBR)
mengandalkan serangkaian rules yang merupakan representasi dari
knowledge dan pengalaman karyawan/manusia dalam memecahkan kasus-kasus yang
rumit
3.
Model-based reasoning (MBR)
melalui representasi knowledge dalam bentuk atribut, perilaku, antar
hubungan maupun simulasi proses terbentuknya knowledge
4.
Constraint-satisfaction
reasoning yang merupakan kombinasi antara RBR dan MBR.
Di dalam konfigurasi yang demikian, dimungkinkan
pengembangan knowledge management di salah satu unit organisasi dengan
dokumentasi dan informasi dalam bentuk :
1.
Proses mengoleksi, mengorganisasikan,
mengklasifikasikan, dan mendiseminasikan ke seluruh unit kerja dalam suatu
organisasi agar knowledge tersebut berguna bagi siapapun yang
memerlukannya,
2.
Kebijakan, prosedur yang knowledge
dipakai untuk mengoperasikan database dalam suatu jaringan intranet yang
selalu up-to-date,
3.
Menggunakan ICT yang tepat untuk menangkap knowledge
yang terdapat di dalam pikiran individu sehingga knowledge itu bisa
dengan mudah digunakan bersama dalam suatu organisasi,
4.
Adanya suatu lingkungan untuk pengembangan
aplikasi expert systems.
5.
Analisis informasi dalam databases, data
mining atau data warehouse sehingga hasil analisis tersebut dapat
segera diketahui dan dipakai oleh lembaga,
6.
Mengidentifikasi kategori knowledge
yang diperlukan untuk mendukung lembaga, mentransformasikan basis knowledge
ke basis yang baru,
7.
Mengkombinasikan peng-indek-an, pencarian knowledge
dengan pendekatan semantics atau syntacs,
8.
Mengorganisasikan dan menyediakan know-how
yang relevan, kapan, dan bilamana diperlukan, mencakup proses, prosedur, paten,
bahan rujukan, formula, best practices, prediksi dan cara-cara
memecahkan masalah. Secara sederhana, intranet, groupware, atau bulletin
boards adalah sarana yang memungkinkan lembaga menyimpan dan
mendesiminasikan knowledge,
9.
Memetakan knowledge (knowledge
mapping) pada suatu organisasi baik secara online atau off-line,
pelatihan, dan perlengkapan akses ke knowledge.
Proses
Konversi Knowledge.
Scarbrough (2003) mengatakan bahwa tacit knowledge
maupun explicit knowledge dapat dikonversikan dengan proses sosialisasi,
eksternalisasi, internalisasi, maupun kombinasi. Untuk mengubah tacit
knowledge menjadi explicit knowledge diperlukan proses
eksternalisasi, sedangkan untuk mengubah explicit knowledge menjadi tacit knowledge
diperlukan proses internalisasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Pembudayaan
Knowledge Sharing di UPT Puskom.
Knowledge management syatem
diharapkan mampu membuat berbagai informasi (shared information) menjadi
lebih baik. Knowledge management termasuk strategi dari tanggung jawab
dan tindak lanjut (commitment), baik untuk meningkatkan efektifitas
organisasi maupun untuk meningkatkan peluang/kesempatan. Tujuan dari knowledge
management adalah meningkatkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan
proses inti lebih efisien. Agar knowledge management system
berhasil dilaksanakan pada UPT Puskom maka hal-hal berikut ini harus
dibudayakan pada anggotanya, baik secara individu maupun insitusi:
1.
Menciptakan knowledge: knowledge
diciptakan begitu seseorang menentukan cara baru untuk melakukan sesuatu atau
menciptakan know-how. Kadang-kadang knowledge eksternal dibawa ke
dalam organisasi/institusi,
2.
Menangkap knowledge: knowledge
baru diidentifikasikan sebagai bernilai dan direpresentasikan dalam suatu cara yang
masuk akal,
3.
Menjaring knowledge: knowledge
baru harus ditempatkan dalam konteks agar dapat ditindaklanjuti. Hal ini
menunjukkan kedalaman manusia (kualitas tacit) yang harus ditangkap
bersamaan dengan fakta explicit,
4.
Menyimpan knowledge: knowledge
yang bermanfaat harus disimpan dalam format yang baik dalam penyimpanan knowledge,
sehingga semua anggota dalam organisasi dapat mengaksesnya,
5.
Mengolah knowledge: knowledge
harus dibuat up-to-date.
Hal tersebut harus di-review untuk menjelaskan apakah relevan
atau akurat, Menyebarluaskan knowledge: knowledge harus tersedia
dalam format yang bermanfaat untuk semua orang dalam organisasi yang
memerlukan, dimanapun dan tersedia setiap saat.
Dalam lembaga Puskom aspek yang perlu untuk di-manage
sebagai knowledge yang perlu di-share di antaranya kemampuan,
jadwal kegiatan (rapat, diskusi, seminar, workshop, video conference,
dsb), output yang dihasilkan misalnya pedoman, laporan, prosedur, klasifikasi
dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut menjadi objek knowledge yang
bermanfaat bagi seluruh anggota Puskom jika dikelola dengan baik,
dieksplisitkan, dan bisa diakses oleh seluruh anggota. Catatan penting yang
juga sangat mempengaruhi berhasil tidaknya knowledge management pada
Puskom adalah:
1.
Penerapannya tidak hanya menghasilkan knowledge
baru, tetapi juga mendaur ulang knowledge yang sudah ada. Oleh karena
itu knowledge yang dimiliki sejak lama harus digali kembali dan
di-eksplisitkan.
2.
Teknologi informasi memang merupakan sarana
yang paling mudah dalam menjembatani terjadinya jejaring sistem knowledge
management akan tetapi harus disadari pula belum sepenuhnya bisa
menggantikan fungsi-fungsi jaringan sosial antar anggota organisasi. Oleh
karena itu, tatap muka juga masih tetap diperlukan.
3.
Sebagian besar organisasi tidak pernah tahu
apa yang sesungguhnya mereka ketahui, banyak knowledge penting yang
harus ditemukan lewat upaya-upaya khusus, padahal knowledge itu sudah
dimiliki organisasi tersebut sejak lama.
Konsep
UPT Puskom Knowledge Management.
Pada organisasi-organisasi modern saat ini, pandangan
tentang manajemen perubahan bersinggungan dengan cara mereka memberlakukan knowledge
sebagai modal intelektual. Manajemen perubahan mencakup prinsip, alat analisis,
ICT, teori perubahan strategis, peningkatan fungsi individu, sistem, struktur
dan proses kerja yang di dahului dengan desain organisasi, perbaikan kinerja
pegawai, hubungan antar bidang/bagian/kelompok dalam suatu organisasi. Hal ini
juga berlaku bagi Puskom.
Platform yang paling memungkinkan sebagai knowledge
management system adalah web based knowledge management portal, yaitu situs
portal komunitas yang beranggotakan seluruh individu-individu dari anggota
Puskom yang bertujuan untuk saling sharing pengetahuan. Bentuk ini relatif
sangat mudah untuk diwujudkan sedangkan manfaatnya juga sangat besar. Konsep
semacam ini sudah dilaksanakan dengan sangat baik bahkan dipromotori secara
mandiri oleh perorangan. Contoh yang sangat nyata adalah www.ilmukomputer.com
dan www.sony-ak.com. Kedua situs tersebut dibangun untuk tujuan sharing ilmu,
hanya saja dalam hal ini, dilakukan oleh volunteer-volunteer yang
berasal dari pribadi maupun berbagai kalangan yang dengan kesadaran menbagi
pikirannya untuk dipelajari orang.
Berkembangnya opensource web platform yang
sangat melimpah merupakan potensi yang sangat besar untuk implementasi sistem
tersebut. Tentu saja hal ini masih memerlukan pencermatan yang lebih mendalam
sehingga bisa dipilih web-platform yang memadai untuk melaksanakan
fungsi ini. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih opensource web
tersebut di antaranya platform:
1.
Semaksimal mungkin bisa menjalankan berbagai
fungsi seperti yang telah diuraikan di atas, diantaranya fungsi manajemen data,
manajemen dokumen, searching, messaging, dan sebagainya.
2.
Banyak disuplai oleh berbagai plugin
oleh komunitas terbuka sehingga memungkinkan penyempurnaan fasilitas jika
diperlukan.
3.
Mudah diimplementasikan dengan interface
yang user friendly.
4.
Multi-user sehingga memungkinkan
penggunaan bersama-sama oleh seluruh anggota. Namun demikian juga harus ada
feature untuk manajemen hak akses oleh anggota.
Beberapa keuntungan dengan dimilikinya knowledge
portal bagi Puskom adalah adanya gambaran yang konsisten mengenai organisasi
Puskom, kemampuan mengelola dan mencari informasi, akses langsung ke informasi
dan sumber daya organisasi, hubungan langsung ke laporan-laporan, dan
pertanyaan-pertanyaan, hubungan langsung ke data yang dibutuhkan dan keahlian
seseorang, serta identitas individu dan akses ke isi/subyek (content)
yang dapat dipersonalisasi.
Portal
Sistem Informasi Knowledge Management.
Atas pertimbangan point pemilihan kriteria aplikasi web-base
open source sebelumnya, maka penulis berkesimpulan menggunakan aplikasi moodle
sebagai aplikasi portal utama dalam melakukan sharing knowledge padainternal
organisasi Puskom. Selain bersifat open source aplikasi ini cukup mudah
untuk dioperasikan dengan beberapa fitur utama dan layak digunakan sebagai
portal media pertukaran informasi, selanjutnya moodle juga mendukung multiplatform
authentikasi untuk mengakses sistem utamanya, aplikasi autentikasi
portal diintegrasikan dengan layanan email yang sudah berjalan. Portal tidak
akan membuat lagi data user karena akan menggunakan referensi data user dari
aktif direktori LDAP milik layanan email.
Gambar
Proses authentikasi KMS
Dengan memanfaatkan modul
authentikasi dari layanan email maka anggota Puskom tidak perlu lagi untuk
membuat akun baru pada layanan portal, cukup memasukkan akun email dan password
yang dimilikinya. Aplikasi KMS diberi nama domain sisfotek.unila.ac.id dan saat
ini sudah dapat diakes melalui intranet/internet dengan tampilan web
portal utama seperti pada gambar dibawah
Sesuai dengan tupoksi Puskom, penulis telah mengelompokkan
5 kategori topik diskusi sharing knowledge yaitu ;
1.
Arsip surat menyurat (Sifat: Self
enrolment with key)
2.
Frequently Asked Question
(Sifat: Guest Allow, Guest accessSelf enrolment)
3.
Inovasi Sistem Informasi dan Teknologi
Informasi (Sifat: Self enrolment with key)
4.
Layanan Sistem Informasi/Teknologi Informasi
(Sifat: Guest Allow, Guest accessSelf enrolment)
5.
Pengembangan Sistem Informasi (Sifat: Self
enrolment with key)
6.
Pengembangan Infrastruktur Teknologi
Informasi (Sifat: Self enrolment with key)
Gambar
kategori sharing knowledge
Hingga saat ini telah
terdata sebanyak 40 topik diskusi aktif yang melibatkan anggota aktif Puskom,
topik diskusi berkaitan dengan sharing pengetahuan mengenai tugas pokok dan
fungsi serta aktifitas keseharian masing-masing divisi, masing-masing anggota
group dapat menanggapi seluruh topic diskusi serta diperbolehkan untuk
mengupload data attachment baik berupa gambar ataupun dokumen digital
lainnya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian
pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.
Dengan adanya sisfotek (Sistem
Informasi Transfer Knowledge), proses sharing pengetahuan antara sesama
anggota Puskom dapat berjalan lebih efektif dengan data yang terarsip dengan
baik serta dapat diakses dengan mudah oleh seluruh anggota.
2.
Sisfotek terdiri dari aspek aktifitas,
teknologi pendukung, interface dan berbagai komponen pendukung lainnya yang
dibangun dengan aplikasi bersifat open-source, meskipun dibangun
menggunakan aplikasi gratis namun fitur dan kecanggihannya dirasakan telah
cukup menjadi media komunikasi untuk sharing pengetahuan internal organisasi
Puskom.
3.
Modul authentikasi user sisfotek telah
mengadopsi konsep modern system yaitu konsep Single Sign On (SSO) dengan acuan
authentikasi database sistem menggunakan data user active directory LDAP dari
layanan email yang sudah berjalan.
Saran
Saran yang perlu dipertimbangkan dalam pembahasan yang
telah dilakukan, diantaranya :
1.
Diperlukan kemauan yang sungguh-sungguh atas
masing-masing individu dalam insitusi anggota Puskom untuk mengeksplisitkan
semua tacit knowledge yang dimiliki sehingga bisa disebarluaskan kepada
anggota lain. Sikap yang harus dibudayakan untuk pembentukan sistem ini
diantaranya menciptakan, menangkap, menjaring, menyimpan, mengolah, dan
menyebarluaskan knowledge masing-masing.
2.
Puskom perlu melakukan berabagai tindakan
yang memungkinkan pengembangan dan pembaruan aset strategis lainnya sehingga
dapat terus memajukan inovasi yang dapat menguntungkan semua pihak terutama
dalam sharing knowledge.
3.
Puskom perlu menetapkan sharing knowledge
sebagai salah satu point penting Key Performance Indikator (KPI) sebagai
basis penilaian kinerja personil anggota, semakin beragam share
informasi yang ditulis, menjadi point tambahan atas orang tersebut.
4.
Puskom perlu menetapkan punishment and
reward terhadap aktifitas para anggotanya.
5.
Perlunya keteladanan dari PIMPINAN Puskom dengan
memberikan contoh tauladan terhadap bawahan dengan menshare informasi sebanyak
mungkin baik itu hasil rapat pimpinan (RAPIM), hasil kunjungan kerja ke
institusi lain, hasil bencmarking ke luar negeri, update informasi trend
pengembangan SI/TI saat ini, informasi arah kebijakan dari Top Level
Management Unila, dsb. Sehingga dengan pola kepemimpinan Top Down
ini maka diharapkan para anggotanya akan turut mengikuti pola/budaya/semangat
membagi pengetahuan dengan rekan kerja lainnya.
Belum ada tanggapan untuk " MAKALAH MENAJEMEN PENGETAHUAN - KNOWLEDGE - STMIK 2016 "
Post a Comment